BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 1.1 Latar
Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah
subhanahu wata’ala bukan untuk main-main saja. Namun lebih dari itu yakni untuk
beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah tidaklah menciptakan melainkan
bertanggung jawab terhadap ciptaannya dengan mengutus seorang Rasul di tengah
kaum yang jahil.
Rasulullah SAW adalah salah satu
dari rasul yang diutus oleh Allah SWT. yang telah memberikan cahaya kebenaran
untuk seluruh umat islam. Nabi Muhammad saw. merupakan suri tauladan atau uswah hasanah bagi umat
islam. Sebagai umat islam kita ditungtut untuk mengetahui sejarah perjuangan
Nabi Muhammad saw. membawa umat manusia dari zaman jahiliah ke zaman
kepintaran, dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang, dan dari biadab
menjadi beradab.
Perjuangan Nabi Muhammad itu tidak berjalan dengan mulus tapi
banyak rintangan dan tantangan yang terus menghampiri, contohnya hinaan,
cemoohan, makian, dan siksaan dari orang-orang kafir yang tidak menerima ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. walaupun demikian Nabi Muhammad saw. tetap
tegar dan tidak menyerah sekalipun tantanganya itu sangat berat untuk dihadapi.
Jadi, Nabi Muhammad saw. rela mengorbankan harta, jiwa, dan raganya dalam menegakan ajaran islam.
1.2 1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa sejarah Nabi Muhammad SAW dari
lahir hingga wafat ?
2. Bagaimana kerasulan Nabi Muhammad SAW
?
3. Bagaimana Nabi Muhammad Mendapatkan
Gelar Ulul Azmi ?
4. Apa keteladanan Nabi Muhammad SAW ?
1.3 BIODATA
NAMA : MUHAMMAD BIN ABDULLAH BIN ABDUL MUTALIB BIN
HASHIM BIN ABDUL MANAF BIN QUSAI BIN KILAB BIN KA’AB BIN LU’AI BIN GHALIB BIN
FIHR BIN NAJAR BIN KINANAH BIN KHUZAMAN BIN MUDRIKAH BIN ILYAS BIN MAZAR BIN
MA’AD BIN ADNAN
TEMPAT LAHIR
: KOTA MEKAH
TRIKH LAHIR :
SUBUH ISNIN 12 RABIUL AWAL TAHUN GAJAH / 20 APRIL 571 MASEHI
NAMA IBU :
AMINAH BINTI WAHAB BIN ABDUL MANAP.
PENGASUH
PERTAMA : BARAKAH AL-HABSIYAH
NAMA IBU
SUSUAN PERTAMA : THUWAIBAH (HAMBA PEREMPUAN ABU LAHAB)
NAMA IBU
SUSUAN KEDUA : HALIMAH BINTI WAHAB BIN ABU ZUAIB AS-SA’DIAH
GELAR
AL-AMIN ATAU YANG DI PERCAYAI
NAMA ISTRI
PERTAMA : SITI KHADIJAH
UMUR KETIKA
BERKHAWIN : 25 TAHUN
NAMA BAPA
SAUDARA : ABU THALIB
UMUR DI
ANGKAT MENJADI RASUL : 40 TAHUN
BERDAKWAH
SECARA SEMBUNYI : 3 TAHUN
BERDAKWAH
SECARA TERANG : 10 TAHUN
WAFAT :
ISNIN 12 RABI’UL AWAL TAHUN 11 HIJRAH/8 JUN 632 MASIHI
UMUR KETIKA
WAFAT : 63 TAHUN
DI KUBUR :
MADINAHAL-MUNAWARAH
BAB II
ISI
ISI
2.1 Sejarah Nabi
Muhammad
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi
terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia tiga
bulan setelah dia menikahi Aminah.Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran
Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an
dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh
setiap dan semua nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat
dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan
Muhammad SAW nanti.
Nabi Muhammad saw pertama kalinya disusui oleh
ibunya Aminah dan Tsuwaibatul Aslamiyah. Namun itu hanya beberapa hari.
Selanjutnya beliau disusui oleh Halimah As-Sa’diyah di perkampungan bani Sa’ad.
Nabi Muhammad saw tinggal bersama keluarga Halimah selama kurang lebih empat
tahun. Di akhir masa pengasuhan keluarga Halimah ini terjadi pembedahan nabi
Muhammad saw.
Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah menyusui Hamzah. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep menyimpan rasa kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi SAW selanjutnya dipercayakan kepada Halimah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Pada usia lima tahun, nabi dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab ibunya.
Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah menyusui Hamzah. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep menyimpan rasa kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi SAW selanjutnya dipercayakan kepada Halimah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Pada usia lima tahun, nabi dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab ibunya.
Sejak kecil Muhammad Saw jauh dari tradisi-tradisi jahiliyah
dan tidak pernah melakukan penyembahan terhadap tuhan berhala. Namun demikian
beliau tetaplah seorang yang santun dan jujur, karenanya beliau terkenal dengan
gelar Al-Amien (orang yang terpercaya).
Muhammad SAW kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik
bermain-main dengan teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat
ayah-ayah mereka pulang, namun Rasulullah pulang dengan tangisan menemui ibunda
beliau, seraya berkata wahai ibunda mana ayah? ibunda beliau terharu tampa
jawaban yang pasti, sehingga dalam ketidakmampuan atas jawaban tersebut, hingga
suatu ketika ibunda beliau mengajak baginda Nabi SAW pergi kekota tempat ayah
beliau dimakamkan. Sekembalinya dari pencarian Makan suami tercinta ibu Rasul
tercinta jatuh sakit dan meninggal dalam perjalanan pulang, dengan duka cita
yang mendalam dan pulang bersama seorang pembantu nabi.
Sekembalinya pulang sebagai anak yatim piatu maka beliau
diasuh oleh kakeknya, Abdul muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknyapun
yang berumur 82 tahun, juga meninggal dunia. Maka pada usia delapan tahun itu,
nabi ada di bawah tanggung jawab pamannya abi thalib.
Ketika berumur 12 tahun, Nabi Muhammad saw mengikuti pamannya
Abu Thalib membawa barang dagangannya ke Syam. Sebelum mencapai kota Syam, baru
sampai ke Bushra, bertemulah kafilah Abu Thalib dengan seorang pendeta Nasrani
yang alim“Buhaira” namanya. Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian
pada diri Muhammad SAW maka dinasihatilah Abu Thalib agar segera membawa
keponakannya itu pulang ke Mekkah, sebab dia khawatir kalau-kalau Muhammad SAW
ditemukan orang-orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya atau dengan kata
lain akan membunuhnya, Abu Thalib segera menyelesaikan dagangannya dan kembali
ke Mekkah.
Ketika Nabi berusia 15 th meletus perang Fijar
antara kabilah Quraisy bersama Kinanah dengan Qais Ailan. Nabi ikut bergabung
dalam perang ini dengan mengumpulkan anak-anak panah buat paman-paman beliau
untuk dilemparkan kembali ke musuh.
Pada masa remajanya Nabi Muhammad biasa
menggembala Kambing dan pada usia 25 th menjalankan barang dagangan milik
Khadijah ke Syam. Nabi Muhammad SAW dipercaya untuk berdagang dan ditemani oleh
Maisyarah. Dalam berdagang nabi SAW jujur dan amanah serta keuntungannya melimpah
ruah.
Peristiwa tentang cara dagangnya nabi SAW itu
diceritakan Maisyarah ke Khadijah. Lantas Khadijah tertarik dan mengutus
Nufaisah Binti Mun-ya untuk menemui Nabi agar mau menikah dengan Khadijah.
Setelah itu Nabi memusyawarahkan kepada pamannya dan disetujuinya akhirnya
Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad SAW dengan mas kawin 20 ekor Onta Muda.
Sesudah berkeluarga itu, Khadijah membebaskan Muhammad
mengurusi perniagaannya. Khadijah sendiri menanganinya seperti keadaan semula
dan membiarkan suaminya menggunakan waktunya untuk berfikir dan merenung.
Muhammad hidup dalam kerumahtanggaan bersama Khadijah hampir
25 tahun lamanya, sampai tiba saatnya isteri tercinta, Khadijah, meninggal
dunia pada tahun kesepuluh kerasulannya. Perkawinannya dengan Khadijah yang
diliputi kebahagiaan, ketenteraman, kerukunan dan keharmonisan itu memberikan
anak-anak yang bernama Al Qasim (Abdul Qasim), Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum,
Fatimah dan Abdullah.
Adapun
isteri-isteri Nabi Muhammad SAW berjumlah 11 orang, yaitu :
1. Khadijah binti Khuwailid
2. Saudah binti jam’ah
3. Aisyah binti Abu Bakar ra.
4. Hafshah binti Umar ra.
5. Hindun ummu salamah binti Abu Umayyah
6. Ramlah Ummu Habibah binti Abu Sofyan
7. Zainab binti Jahsyin
8. Zainab binti Khuzaimah
9. Maimunah binti Al-Harts Al-Hilaliyah
10.
Juwairiyah
binti Al-Haarits
11.
Sofiyah
binti Huyay
Dari 11 isteri Nabi SAW ini yang wafat saat Nabi SAW masih
hidup adalah 2 orang yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, sedangkan
sedangkan isteri Nabi yang 9 orang masih hidup saat Nabi SAW wafat. Isteri Nabi
SAW yang tersebut disebut dengan Ummul Mu’minin artinya ibu orang-orang
beriman. Mereka banyak menolong penyebaran agama Islam di kalangan kaum ibu.
Diriwayatkan tatkala Nabi SAW akan wafat beliau membisikkan
kepada Fatimah ra, bahwa beliau akan berpulang ke hadirat Allah, dan mendengar
itu Fatimah menangis dengan sedih, dan beberapa saat setelah itu Nabi SAW
membisikan lagi sesuatu kepada Fatimah ra, mendengar bisikan yang kedua ini
Fatimah ra tersenyum, ternyata bisikan bahwa dikabarkan bahwa setelah Nabi SAW
wafat tidak ada orang yang pertama meninggal kecuali Fatimah ra, sungguh mulia
Fatimah tersenyum walau mendengar kabar yang tentang wafat nya diri beliau,
tapi semua tertutup karena cinta yang mendalam kepada sang ayah tercinta.
2.2 Kerasulan Nabi Muhammad SAW
Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad SAW terbiasa
memisahkan diri dari pergaulan masyarakat umum, untuk berkontemplasi di Gua
Hira, beberapa kilometer di Utara Mekah. Di gua tersebut, nabi mula-mula
hanya berjam-jam saja, kemudian berhari-hari bertafakur. Pada tanggal 17
Ramadhan tahun 611 M, Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama dari Allah melalui
Malaikat Jibril.
Pada saat beliau tidur dan terbangun dengan tiba-tiba pada
malam itu di gua bernama Hira, dalam ketakutan yang luar biasa, seluruh
tubuhnya, seluruh diri bathinnya, dicengkeram oleh sebuah kekuatan yang sangat
besar, seolah-olah seorang malaikat telah mencengkeram beliau dalam pelukan
yang menakutkan yang seakan mencabut kehidupan dan napas darinya. Ketika beliau
berbaring di sana, remuk redam, beliau mendengar perintah, “Bacalah!” beliau
tidak dapat melakukan ini beliau bukan penyair terdidik, bukan peramal, bukan
penyair dengan seribu kalimat yang tersusun dengan baik yang siap dibibir
beliau. Ketika itu beliau protes bahwa beliau adalah buta huruf, malaikat itu
merangkulnya lagi dengan kekuatan yang begitu rupa, hingga turunlah ayat yang
pertama yaitu ayat 1 sampai 5 dalam surat Al-‘Alaq.
Setelah beberapa lama dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula beliau mengundang dan menyeru kerabat karibnya dan Bani Abdul Muthalib. Beliau mengatakan di tengah-tengah mereka, “Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepada kalian dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah diantara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?”. Mereka semua menolak kecuali Ali bin Abi Thalib.
Setelah beberapa lama dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula beliau mengundang dan menyeru kerabat karibnya dan Bani Abdul Muthalib. Beliau mengatakan di tengah-tengah mereka, “Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepada kalian dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah diantara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?”. Mereka semua menolak kecuali Ali bin Abi Thalib.
Pada permulaan dakwah ini orang yang pertama-tama merima
dakwah nabi yaitu dengan masuk Islam adalah, dari pihak laki-laki dewasa adalah
Abu Bakar Ash-Shiddiq, dari pihak perempuan adalah isteri nabi SAW yaitu
Khadijah, dan dari pihak anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib ra.
Dalam memulai dakwah nabi banyak mendapat halangan dari pihak
kafir quraisy mekah dan berbagai bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy untuk
menghentikan dakwah Nabi gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang
sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Kekejaman yang dilakukan oleh
penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad SAW untuk
mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya,
nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagi negeri tempat pengungsian.
Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke
Habsyah ini, termasuk membujuk Negus (Raja) agar menolak
kehadiran umat Islam di sana, gagal. Bahkan, di tengah meningkatnya kekejaman
itu, dua orang Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar ibn Khathab. Dengan masuk
Islamnya dua tokoh besar ini posisi Islam semakin kuat.
Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak Nabi SAW
mengalami kesedihan yang mendalam yaitu wafat nya seorang paman yaitu Abu
Thalib sebagai pelindung dan isteri tercinta yang setia menemani hari-hari
beliau yaitu Khadijah binti Khuwailid, sehingga Allah menghibur hati baginda
Rasul SAW dengan terjadinya Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW. diriwayatkan
pada suatu malam ketika Nabi SAW ada di Masjidil Haram di Mekkah, datanglah
Jibril as. Dan beserta malaikat yang lain, lalu dibawanya dengan
mengendarai Buroq ke Masjidil Aqsa di negeri Syam, kemudian
Nabi SAW dinaikkan ke langit untuk diperlihatkan kepada Nabi SAW tanda-tanda
kebesaran dan kekayaan Allah SWT, pada malam itu juga Nabi SAW kembali kenegeri
Mekkah. Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso dinamakan Isra, dan
dinaikkannya Nabi SAW dari Masjidil Aqso ke langit disebut Mi’raj. Pada malam
inilah mulai di wajibkan Shalat Fardlu 5 kali dalam sehari.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar
bagi kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan itu diantaranya datang dari
sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke Mekah. Mereka, yang terdiri dari suku
‘Aus dan Khazraj, masuk Islam dalam tiga gelombang. Pertama, pada tahun
kesepuluh kenabian, beberapa orang Khazraj menemui Muhammad SAW untuk masuk
Islam, dan mengharapkan agar ajaran Islam dapat mendamaikan permusauhan suku
‘Aus dan Khazraj. Kedua, pada tahun keduabelas kenabian, delegasi Yatsrib
terdiri dari sepuluh orang Khazraj dan dua orang ‘Aus serta seorang
wanita menemui Muhammad SAW di tempat bernama Aqabah. Mereka menyatakan ikrar
kesetiaan. Ikrar ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Pertama”. Ketiga, pada
musim haji berikutnya, jama’ah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 73
orang. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta Muhammad SAW dan Muslimin
Makkah agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membelanya dari
segala ancaman. Perjanjian ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Kedua”.
Dalam perjalanan ke Yatsrib nabi ditemani oleh Abu Bakar
Ash-Shiddiq. Ketika di Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer
dari Yatsrib, nabi istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah
Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini nabi membangun sebuah mesjid. Inilah
mesjid pertama yang dibangun nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama
kemudian, Ali bin Abi Thalib menyusul nabi, setelah menyelesaikan segala urusan
di Mekah.
Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatanganya.
Waktu yang mereka tunggu-tunggu itu tiba, mereka menyambut nabi dan kedua
sahabatnya dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap
nabi, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota
Nabi) atau sering disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang
bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar keseluruh dunia.
Kejadian itu disebut dengan “hijrah” bukan sepenuhnya
sebuah “pelarian”, tetapi merupakan rencana perpindahan yang telah
dipertimbangkan secara seksama selama sekitar dua tahun sebelumnya. Tujuh belas
tahun kemudian, Khalifah Umar bin Khattab menetapkan saat terjadinya peristiwa
hijrah sebagai awal tahun Islam, atau tahun qamariyah.
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi
Muhammad SAW resmi sebagai pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah
Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekah, pada periode Madinah, Islam
merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan,
bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata
lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaam spiritual dan
kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala
negara.
Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah
kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah dan
musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau. Kerisauan ini akan mendorong
orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan
gangguan dari musuh, nabi, sebagi kepala pemerintahan, mengatur siasat dan
membentuk pasukan tentara. Umat Islam diijinkan berperang dangan dua alasan:
(1) untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya, dan (2) menjaga
keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-orang
yang menghalang-halanginya.
Dalam
sejarah Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya kaum
muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi sendiri, di awal pemerintahannya,
mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan
calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan
negara yang baru dibentuk. Perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar
Madinah juga diadakan dengan maksud memperkuat kedudukan Madinah.
Pada tahun 9
dan 10 Hijriyah (630-632 M) banyak suku dari pelosok Arab mengutus delegasinya
kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan mereka. Masuknya orang Mekah ke
dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar pada penduduk
padang pasir yang liar itu. Tahun itu disebut dengan tahun perutusan. Persatuan
bangsa Arab telah terwujud; peperangan antara suku yang berlangsung sebelumnya
telah berubah menjadi persaudaraan seagama.
Setelah itu,
Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi
masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para
dai’ dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran
Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi
menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat berkurang. Pada hari senin
tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M., Nabi Muhammad SAW wafat di rumah
istrinya Aisyah.
2.3
Gelar Ulul Azmi
Ulul Azmi adalah sebuah gelar kenabian istimewa yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan khusus karena ketabahan dan kesabaran yang luar
biasa dalam menyebarkan ajaran tauhid. Dari 25 nabi yang wajib
diketahui dalam agama Islam, terdapat 5 nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib dari keturunan
Ismail bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 571M-632M dan diangkat
menjadi Nabi pada tahun 610M. Baginda ditugaskan berdakwah kepada seluruh
manusia dan alam semesta. Tinggal di Mekkah dan Madinah. Wafat di Madinah.
Meninggalkan 7 orang anak. Rasulullah s.a.w namanya disebutkan 5 kali di dalam
Al-Quran.
Beliau mendapat julukan ulul ’azmi kerana sejak kecil sampai
dewasa, Rasulallah saw selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia
sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban
bapa saudara (paman) yang merawatnya sejak kecil. Tentangan terberat yang
dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan
saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, bapa saudaranya (pamannya)
sendiri. Rasulullah saw juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot
(diasingkan) di sebuah lembah dikeranakan dakwahnya. Dan masih banyak lagi
kesabaran dan masa masa sulit yang dihadapi baginda dari mulai lahir sampai
beliau wafat.
2.4
Sifat
dan kepribadian Nabi Muhammad SAW yang wajib kita teladani
1. Sangat bijaksana dalam menjalankan
dakwah (tercermin ketika Nabi Muhammad SAW mendamaikan perselisahan di antara
para pemuka quraisy tentang siapa yang berhak untuk mengembalikan HAJAR ASWAD
ke tempat semula)
2. Pribadi yang sabar dan pemaaf
(tercermin ketika nabi muhammad SAW memaafkan seeorang penglima kafir yang
datang dan menghunuskan pedang kehadapan Rasulullah SAW)
3. Bersifat jujur dan setia pada janji (
tercermin ketika nabi muhammad SAW berdagang ataupun ketika berbicara dan
berprilaku, walaupun terhadap orang-orang kafir mekkah)
4. Berprilaku santun dan kasih sayang
kepada semua orang (tercermin dalam kehidupan sehari-hari rasulullah SAW)
5. Berpegang teguh pada aqidah yang
benar sebagai landasan dakwah-nya ( tercermin ketika mengembang tugas yang
sangat berat untuk berdakwah dan menghadapi orang-orang dari kaum kafir
quraisy)
6. Selalu tawakal kepada Allah SWT
(tercermin ketika nabi muhammad SAW selalu mendapat tantangan dan cobaaan di
setiap harinya)
7. Senantiasa taat dalam melaksanakan
perintah allah SWT dan menjauhi segala larangannya (tercermin dalam kehidupan
sehari-hari rasulullah SAW)
Bab III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari perjalanan nabi dapat di
simpulkan bahwa Nabi Mumuhammad Saw, di samping sebagai pemimpin agama, juga
seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam
waktu 11 tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukan seluruh
jazirah arab ke dalam kekuasaannya.
Kita dapat membagi masa dakwah
muhammad saw menjadi 2 periode, yang satu berbeda secara total dengan yang
lainya, yaitu :
Periode mekah berjalan kira-kira 13
tahun. Periode madinah berjalan selama 10 tahun penuh.
Setiap
periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri, dengan kekhususannya
masing-masing. Periode mekah dapat dibagi menjdi 3 tahapan, yaitu:
·
Tahapan
dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama 3 tahun.
·
Tahapan
dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk mekah yang dimulai sejak tahun
ke 4dari kenabian hinnga akhir tahun ke 10.
·
Tahapan
dakwah di luar mekah, yang dimulain dari tahun ke10 dari kenabian hinnga hijrah
ke madina.
Sedangkan periode madinah dapat di bagi menjadi tiga tahapan
fase:
·
Fase
yang banyak di warnai cobaan dan perselisihan, banyak rintangan yag muncul dari
dalam, sementara musuh dari luar menyerang madinah untuk menyingkirkan para
pendatangnya. Fase ini berakhir dengan dikukuhkannya pejanjian Hudaibiyah.
·
Fase
perdamaina dengan para pemimpin paganisme, yang berakhir dengan futuh makah
pada bulan ramadhan tahun ke8 dari hijriah. Ini juga merupakan fase berdakwa
pada para raja ager masuk islam.
·
Fase
masuknya manusia kedalam islam secara berbondong-bondong, yaitu masakedatangan
para utusan dari berbagai kabilah dan kaum ke madinah. Masaini mebentang hinga
wafatnya Rasulullah SAW.